Rabu, 18 Juni 2008

Hidup adalah Mengatasi Masalah








Ketika saya melintasi jalan dari rumah menuju tempat kerja, saya sempat memperhatikan dari hari ke hari kelihatannya jumlah orang gila di tepi jalan semakin meningkat. Tanpa disadari saya mengamati perubahan dari orang gila di hari pertama, yang menggunakan pakaian yang cukup bersih, dan di hari-hari berikutnya, pakaian mereka semakin kotor, dan berakhir dengan terbukanya beberapa bagian tubuh,karena tidak adanya penutup tubuh yang utuh.
Sejenak saya termenung, mungkinkah akibat krisis ekonomi yang semakin berat, BBM yang terus melambung, artinya biaya hidup yang semakin tinggi, sedangkan kemampuan ekonomi yang menurun? atau ada hal lain yang menyebabkan seseorang mencapai kondisi seperti itu? Misalnya karena putus cinta, ditinggal oleh pasangan hidup, ditinggal oleh anak yang dicintai, dll.Saya mempunyai perkiraan bahwa orang yang sudah mencapai klimaks permasalahan hidupnya dan tidak mampu disikapi secara positif oleh pikiran akan berakhir tragis, stress, gila, atau bahkan mengakhiri hidup.Kalau kita sikapi secara bijaksana, tidak ada manusia yang sehat akal pikirannya, yangtidak memiliki masalah. Kalau kita tanya setiap orang, pasti memiliki masalah. Apakahmasalah besar, sedang, atau kecil. Sebenarnya, masalah besar, sedang atau kecil, itu tergantung bagaimana pikiran kita mensikapi masalah tersebut. Tidak jarang orang yang diterpa banyak masalah, ia mampu melesat prestasinya, dan masalah adalah tangga untuk mencapai keberhasilan bagi dirinya. Tetapi, sering kita melihat orang yang cepat menyerah, mengeluh, dan putus asa, padahal kalau kita melihat masalah yang dihadapi tidaklah berat.Jadi kalau kita sudah mempersiapkan bahwa hidup itu mengatasi masalah, maka kita tidak akan kalah oleh masalah. Tapi kita akan menjadi lebih baik dengan adanya masalah yang kita hadapi. Jadi, BBM naik, ditolak pacar, putus ikatan suami istri, ditinggal anakyang dicintai, nganggur, jomblo, dan masih banyak segudang masalah harus kitahadapi dengan tenang. Bukankah kalau kita akan naik kelas, justru kita cari masalah, dengan mengikuti ujian. Orang yang tidak mau ikut ujian, sudah pasti tidak akanlulus. Tapi yang ikut ujian ada kemungkinan tidak lulus, ada kemungkinan berhasil. Tapi kalau kita sikapi kembali makna tidak lulus, itu hanya ada apabila kita menghentikan usaha. Selama kita berusaha, maka kita belum bisa mengatakan kita tidak lulus. Tentu kepastian itu akan tiba manakala akhir hayat kita. ketika nafas terakhir berada dikerongkongan, alias sakaratul maut. Artinya kita belum bisa menyebutkan hari ini kita gagal.Selamat menjalani hidup dengan penuh optimis dan harapan yang besar.

Mengenai Saya

Foto saya
Senang dengan hal-hal baru dan memadukan sesuatu menjadi baru