Minggu, 13 September 2015

Budaya Bertanya

Manusia sebagai makhluk pembelajar,  mempunyai dorongan untuk mengetahui apa yang ada di sekitarnya. Pada saat seorang bayi terlahir ke dunia ini, bahkan pada saat mereka ada di dalam kandungan, sudah merekam apa yang ada di sekitarnya. pada saat mereka terlahir ke dunia, seiring perjalanan waktu, mulai belajar berbicara, maka pada saat mereka tidak tahu sesuatu, maka mereka akan bertanya. Ketika seseorang telah berhenti bertanya, maka pada hakekatnya mereka sudah berhenti belajar. Jadi ketika ada anak yang bertanya mengapa saya belajar matematika, ipa, ips, keterampilan, agama, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, di sekolah? maka mereka harus mendapatkan jawaban yang dapat diterima oleh pikirannya.
Bagi seorang guru kemampuan bertanya terhadap murid, bisa menjadi data untuk mengukur, sejauh mana murid memahami materi pelajaran yang akan diajarkan, sehingga tidak harus menyampaikan materi keseluruhan (misal ada 1 - 10 materi) setelah bertanya kepada para siswa, mereka sudah mengetahui 1-7 materi, maka guru tinggal menyampaikan materi yang ke 8-10).
Seorang guru juga harus memberikan pembelajaran yang menantang bagi para siswa, sehingga ada semangat, motivasi yang tinggi untuk mencari lebih tahu materi yang disampaikan. 

Mewujudkan Mimpi

Kejadian kita saat ini adalah bagian dari proses mimpi. Mimpi yang saya maksud adalah keinginan kuat yang menginspirasi sikap dan ucapan seseorang. Tanpa disadari kita sebenarnya sedang mengukir masa depan atau dengan kata lain sedang mewujudkan mimpi dengan apa yang kita lakukan di masa lalu, dan saat ini.  Upaya mewujudkan mimpi seseorang tidak dibatasi oleh usia orang yang bermimpi tersebut. Karena bisa jadi mimpi seseorang terwujud setelah ia tiada. Sebagai contoh, misalkan ada pasangan suami istri yang memiliki 4 putra dan 2 putri, mereka menginginkan anak-anaknya lulus S1 semua, mereka tinggal di kota kecil, dengan penghasilan yang pas-pasan. Sebelum mereka berdua menyaksikan anak-anaknya lulus, mereka telah dipanggil oleh Allah SWT. Namun anak-anaknya tersebut berusaha sekeras mungkin untuk mewujudkan apa yang menjadi keinginan orang tuanya tersebut, sampai akhirnya semua anak-anaknya berhasil meraih gelar sarjana S1, bahkan ada yang melebihi sampai S2.
Contoh lain, Para pahlawan pejuang kemerdekaan menginginkan Indonesia merdeka, terlepas dari penjajahan, dengan mengorbankan harta, benda, bahkan jiwa sekalipun, sampai akhirnya tanggal 17 Agustus 1945 menjadi tonggak sejarah bangsa, di mana kita menjadi negara yang merdeka. Rupanya merdeka saja belum cukup, kemerdekaan harus diisi dengan pembangunan, maka dari presiden pertama sampai presiden saat ini terus dilakukan upaya untuk mewujudkan Indonesia yang maju, sejahtera rakyatnya, diperhitungkan keberadaannya oleh negara-negara lain di dunia. Hal ini bisa kita lihat dari pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Mari kita isi sisa waktu yang tersedia, untuk mewujudkan  cita-cita besar pendiri bangsa ini. Mari kita jadikan diri kita sebagai bukti sejarah, bahwa kita telah melakukan upaya perbaikan bangsa Indonesia tercinta.

Mengenai Saya

Foto saya
Senang dengan hal-hal baru dan memadukan sesuatu menjadi baru